Keramik Asing di Situs Kota MajapahitOleh : Widiati
Salah
satu jenis benda yang mudah ditemukan hampir di seluruh permukaan tanah
situ-kota Majapahit di Trowulan seluas 9 x 11 km adalah pecahan-pecahan
keramik asing. Aktivitas masyarakat sekarang ketika mengolah lahan
memungkinkan benda benda itu muncul ke permukaan dalam jumlah yang tidak
sedikit.
Keramik Asing di Situs Kota MajapahitOleh : Widiati
Salah
satu jenis benda yang mudah ditemukan hampir di seluruh permukaan tanah
situ-kota Majapahit di Trowulan seluas 9 x 11 km adalah pecahan-pecahan
keramik asing. Aktivitas masyarakat sekarang ketika mengolah lahan
memungkinkan benda benda itu muncul ke permukaan dalam jumlah yang tidak
sedikit. Demikian pula dari kegiatan ekskavasi arkeologi,
pecahan-pecahannya terlihat di berbagai lapisan tanah yang berbeda.
Kenyataan itu membuktikan bahwa masyarakat Majapahit sudah terbiasa
menggunakan keramik untuk keperluan hidupnya.
Ratusan
ribu pecahan keramik asing yang telah ditemukan mencakup beragam bentuk
wadah seperti ternpayan, guci, buli-buli, cepuk, pasu, piring, mangkok,
kendi, jambangan, vas, dan botol; bahkan wadah-wadah seperti
bagian-bagian bangunan, figurin, kelereng, dan lain-lain. Semua itu
dalam berbagai bentuk, hiasan, warna maupun ukuran. Keanekaragaman
bentuk tersebut menggambarkan bermacam peralatan yang digunakan saat itu
dalam kehidupan masyarakat. Kenyataan juga menunjukkan bahwa keramik
berglasir selain digunakan sebagai perlengkapan hidup, juga telah
dijadikan model untuk mengembangkan berbagai variasi bentuk benda dari
tanah liat, karena beberapa bentuk benda dari tanah liat, ditemukan
serupa dengan keramik berglasir. Dari tampakan wujudnya, yaitu bahan
dasar berwarna putih, permukaannya diberi lapisan glasir sehingga tampak
kilap, menunjukkan bahwa jenis benda seperti itu bukanlah produksi
setempat. Kaolin, bahan baku utamanya sama sekali tidak tersedia di
sekitar daerah Trowulan.
Barang-barang keramik ini sebagian besar
berasal dari Cina, pada masa dinasti Song abad X - XIII hingga dinasti
Qing abad AXVII-XX; dan sebagian kecil dari wilayah Asia Tenggara
Daratan antara lain dari Vietnam, Thailand, dan Kamboja, darimasa antara
abad XII-XVIII. Di antara asal keramik seperti tersebut diatas, paling
banyak ternyata berasal dari masa dinasti Yuan dan Ming awal (antara
abad XIII hingga XV). Sementara itu dari kedua masa itu yang terbanyak
adalah mangkok berwarna hijau keabuan, biasa disebut seladon, dibuat
dari bahan batuan (stoneware) berwarna abu-abu dengan tekstur padat.
Kebanyakan bagian dasar dalamnya terdapat hiasan goresan flora dalam
lingkaran tidak berglasir atau ‘tapal kuda’ (biscuited ring). Selain
seladon, banyak juga ditemukan keramik berwarna putih dengan hiasan
warna biru yang diberi lapisan transparan. Kebanyakan hiasan pada
mangkok jenis ini memiliki motif bunga peony dan geometris. Warnawarna
lain seperti coklat kekuningan, hitam, coklat kehitaman, hijau, putih
kebiruan terdapat antara lain pada bentuk-bentuk seperti tempayan, guci,
kendi, cepuk, botol, dsb.
Selain keramik Cina, keramik Thailand
(khususnya buatan Sawankhalok dan Sukothai) dari masa yang sejaman
juga cukup banyak ditemukan. Wadah-wadah buatan Sawankhalok di antaranya
berupa mangkok seladon, buli-buli cokiat kehitaman dengan 2 kupingan di
bagian tepian; sedangkan dari Sukothai terutama piring berwarna putih
dengan hiasan ikan warna coklat kehitaman di bagian dasar dalam.
Selain
ke dua tempat asal tersebut di atas ditemukan pula banyak keramik
buatan Vietnam sejaman. Umumnya berupa mangkok berwarna coklat, putih
dengan hiasan biru. hijau, dan putih kekreman; sedangkan cepuk cenderung
berwarna putih dengan hiasan biru. Yang menarik adalah adanya bahan
bangunan di antara keramik-keramik buatan Vietnam. Jenis ini sama sekali
tidak dijumpai di antara keramik-keramik berglasir buatan Cina maupun
Thailand. Gejala ini memunculkan dugaan bahwa bentuk tersebut hanya
merupakan pesanan khusus semata.
Seperti disebutkan di atas, masa
pemakaian keramik berglasir buatan luar Majapahit mencapai rentang masa
yang cukup panjang, yaitu dari Song akhir (abad XIII) sampai dengan Qing
(awal abad XX), dengan masa puncak kejayaan pemakaian antara abad XIII
hingga abad ke XV. Rentang waktu yang mencapai beberapa abad tersebut
mencerminkan adanya kegiatan perdagangan keramik internasional yang
bersifat berkesinambungan. Keadaan tersebut tidak menutup kemungkinan
bahwa pada waktu itu terdapat suatu badan yang mengelola jual beli
komoditi tersebut.
Lebih banyaknya keramik buatan Cina
dibandingkan dari daerah lainnya mungkin menunjukkan bahwa buatan Cina
lebih disukai dibandingkan yang lain, atau karena tersedia dalam jumlah
yang cukup, dianggap mempunyai mutu yang lebih baik, atau keramik Cina
memang mendominasi pasar, sehingga keramik lain memang kurang mendapat
perhatian.
Melimpahnya temuan keramik di Trowulan ternyata sesuai
dengan berita tertulis yang menyebutkan bahwa banyak pedagang Cina di
Majapahit yang membawa barang dagangan, diantaranya porselin yang
merupakan bagian dari barang bawaan pedagang Cina yang banyak mengalir
ke Majapahit. setidaknya dari berita Dinasti Ming disebutkan bahwa orang
Majapahit sangat menyukai piring-piring seladon atau piring-piring biru
putih berhiasan bunga (Satari 1984). Selain itu menurut Watt (1984)
jenis keramik yang merupakan mayoritas temuan di situs Trowulan adalah
wadah-wadah dari tungku Longquan. Jenis ini merupakan jenis yang banyak
diproduksi dan diperdagangkan, dan masa-masa produksi tersebut merupakan
masa kejayaan perdagangan Cina dengan negara luar. Berita tentang
pemuatan keramik jenis green ware atau barang-barang hijau disebut pula
dalam ekspedisi Shun-Feng-Hsiang-Sung, yang berisi kumpulan jalur
navigasi yang dilalui kapal Cina beserta barang-barang yag dikirimkan
(Feng 1981 dan Milla 1984).
Pedagang Cina yang banyak berdatangan
pada masa itu langsung membawa keramik dari negerinya, juga kemungkinan
besar membawa keramik dari Vietnam dan Thailand. Selain pedagang Cina,
tidak tertutup kemungkinan saudagar-saudagar India, Arab, Gujarat,
Persia dan bangsa lain memperjual-belikan berbagai komoditi dari
berbagai daerah, sehingga dapat dikatakan Majapahit sebagai pusat
kegiatan perdagangan yang bersifat internasional. WHD. No. 506 Pebruari 2009.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungannya, Kami berharap Saudara meninggalkan sedikit kata Untuk Kemajuan Blog ini. Ini semua Untuk Bali, mari bersama Menjaga dan melestarikan Bali yang senantiasa indah dan Damai.