Di era Reformasi ini kalau kita lihat perkembangan di masyarakat
semua orang ingin bicara, setiap orang diberikan berbicara pasti
mengeluarkan konsep macam2, kadang2 agak ektrim dan tidak ada
relevansinya dengan reformasi, para pengamat politik, ekonomi, hukum,
militer semua berbicara sesuai dengan bidangnya.
Permasalahan
yang timbul adalah semua konsep2 tidak dapat diakomudir oleh pemerintah
akibat adanya perbedaan interprestasi, ada yang ingin dalam mengatasi
krisis ini melalui pertahap, ada yang menginginkan secara total sehingga
dalam implementasinya masih Trail And Error mencoba coba melakukan
terapi kira2 mana yang lebih sesuai.Pemerintahan Habibie sudah
memberikan kelonggaran2 dalam berbicara karena pada saat orde baru
kebebasan berbicara sangat dikekang sampai2 ada semacam anekdot kalau
sakit gigi sebaiknya berobat di Singapura, akibat orang tidak boleh buka
mulut.
Setelah tumbangnya orde baru masalah kebebasan ini mulai dilakukan
oleh pemerintah tahanan2 politik mulai dibebaskan, daerah operasi
militer (DOM) mulai dicabut, masalah HAM mulai dipulihkan, kebebasan
berserikat mulai dilaksanakan dengan berdirinya banyak partai. Kebebasan
adalah hak azasi manusia yang perlu dihormati bagi setiap bangsa, untuk
mencapai kebebasan membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit.
Untuk
membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda membutuhkan banyak
pengorbanan baik material maupun moril dan membutuhkan waktu yang agak
lama, tidak bisa dalam waktu yang singkat dan sejarah mencatat baru
tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia dapat memproklamirkan
kemerdekaannya pada hal perjuangan pembebasan bangsa dari penjajah sudah
dilakukan bertahun tahun lamanya dari perjuangan Sultan Agung sampai
Budi Utomo.
Kebebasan bagi umat manusia selalu didambakan oleh
semua agama dan didalam agama Hindu kebebasan bukan dalam arti pisik
saja tetapi kebebasan dalam lahir maupun batin. Kebebasan dalam agama
Hindu adalah kebebasan dalam kehidupan terlepas dari keterikatan2
duniawian, bebas dari hukum karma, bebas dari penjelmaan kembali
(reinkarnasi), sehingga umat hindu dalam mencapai kebebasan membutuhkan
proses yang cukup panjang selama hidupnya dan kemungkinan setelah
reinkarnasi beberapa kali. Untuk membebaskan diri dari keduniawian ini
saja membutuhkan pengorbanan2, setiap langkah gerak kehidupan harus
berdasarkan Dharma yaitu kebenaran dan tidak mengikatkan diri dengan
materi. Saat sekarang pada kali yuga orang2 berlomba lomba untuk
mengumpulkan harta, tujuan hidup mereka mencari kesempatan untuk
mengumpulkan harta se banyak2nya bila mana perlu sampai tujuh turunan,
sehingga menggunakan dengan segala cara. Dalam mengumpulkan harta mereka
menggunakan praktek2 KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), dengan cara yang
tidak halal yang mengakibatkan negara banyak dirugikan sehingga negara
kita saat ini banyak utangnya sulit dibayangkan bagaimana anak cucu kita
yang akan membayarnya disamping sumber daya alam hutan, pertambangan
sudah hampir habis dikuras, minyak bumi cadangannya hanya 18 tahun lagi
mungkin beberapa tahun kita sebagai Negara yang net importir bahan bakar
minyak(BBM).
Pengaruh kali yuga ini sangat besar dalam kehidupan
masyarakat dewasa ini, sebab kali yuga ini orang selalu bersifat
meterialistis , hanya 25 % orang menjalankan dharma yaitu kebenaran
tidak seperti yuga2 yang lain yaitu Kerta Yuga, Traita Yuga dan Dwapara
Yuga. Apabila saat sekarang kali yuga ini dalam kehidupan kita selalu
melaksanakan kebenaran yaitu dharma maka hasilnya akan berlipat ganda,
seperti kalau kita sembahyang pada hari2 raya Hindu atau Purnama Tilem
hasilnya jauh lebih besar dari hari2 biasa. Maka kesempatan kali yuga
ini umat Hindu sebaiknya setiap melakukan tindakan harus berdasarkan
kebenaran, bebaskan diri dari adharma, bebaskan diri dari keterikatan2
bebaskan diri dari materialistis dan keduniawian sehingga kita tercapai
tujuan yaitu kebebasan abadi yaitu moksa.
Pengertian Moksa.
Dalam
agama Hindu kita percaya adanya Panca Srada yaitu lima keyakinan yang
terdiri dari, Brahman, Atman, Karma Pala, Reinkarnasi, dan Moksa. Moksa
berasal dari bahasa sansekreta dari akar kata "MUC" yang artinya bebas
atau membebaskan. Moksa dapat juga disebut dengan Mukti artinya mencapai
kebebasan jiwatman atau kebahagian rohani yang langgeng. Jagaditha
dapat juga disebut dengan Bukti artinya membina kebahagiaan, kemakmuran
kehidupan masyarakat dan negara.
Jadi Moksa adalah suatu
kepercayaan adanya kebebasan yaitu bersatunya antara atman dengan
brahman. Kalau orang sudah mengalami moksa dia akan bebas dari ikatan
keduniawian, bebas dari hukum karma dan bebas dari penjelmaan kembali
(reinkarnasi) dan akan mengalami Sat, Cit, Ananda (kebenaran, kesadaran,
kebahagian).
Dalam kehidupan kita saat ini juga dapat untuk
mencapai moksa yang disebut dengan Jiwan Mukti (Moksa semasih hidup),
bukan berarti moksa hanya dapat dicapai dan dirasakan setelah meninggal
dunia, dalam kehidupan sekarangpun kita dapat merasakan moksa yaitu
kebebesan asal persyaratan2 moksa dilakukan, jadi kita mencapai moksa
tidak menunggu waktu sampai meninggal.
Mencapai Moksa.
Untuk
mencapai moksa seseorang harus mempunyai persyaratan2 tertentu sehingga
proses mencapai moksa dapat berjalan sesuai dengan norma2 ajaran agama
Hindu. Dalam mencapai Moksa dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Dharma.
Dalam
ajaran agama Hindu yang terdapat dalam Catur Parusanta dijelaskan bahwa
tujuan dari kehidupan adalah bagaimana untuk menegakkan Dharma, setiap
tindakan harus berdasarkan kebenaran tidak ada dharma yang lebih tinggi
dari kebenaran. Dalam Bagawad Gita disebutkan bahwa Dharma dan Kebenaran
adalah nafas kehidupan. Krisna dalam wejangannya kepada Arjuna
mengatakan bahwa dimana ada Dharma, disana ada Kebajikan dan Kesucian,
dimana Kewajiban dan Kebenaran dipatuhi disana ada kemenangan. Orang
yang melindungi dharma akan dilindungi oleh dharma maka selalu tempuhlah
kehidupan yang suci dan terhormat.
Dalam zaman edan saat ini
semua orang mengabaikan kebenaran, orang sudah menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuan, krisis moral sudah meraja lela dimana mana,
kebenaran dan keadilan sudah langka, orang sudah tidak mengenal budaya
malu, semua perbuatannya dianggap sudah benar dan normal. Sebenarnya
Dharma tidak pernah berubah, Dharma telah ada pada zaman dahulu, zaman
sekarang dan zaman yang akan datang, ada sepanjang zaman tetapi setiap
zaman mempunyai karateristik lain2 dalam melakukan latihan kerohanian
(spiritual). Untuk Kerta Yuga latihan kerohanian yang baik adalah
melakukan Meditasi, untuk Treta Yuga latihan kerochanian yang baik
adalah dengan melakukan Yadnya atau kurban, untuk Dwapara latihan
kerochanian yang baik adalah dengan melakukan Yoga yaitu upacara
pemujaan dan untuk Kali Yuga latihan kerochanian yang baik adalah dengan
melakukan Nama Smarana yaitu mengulang ngulang atau menyebut nama Tuhan
yang suci.
2. Pendekatan kepada Yang Widhi Wasa
Untuk
mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa ada beberapa cara yang
dilakukan Umat Hindu yaitu cara Darana (menetapkan cipta), Dhyana
(memusatkan cipta), dan Semadi (mengheningkan cipta). Dengan melakukan
latihan rochani , terutama dengan penyelidikan bathin, akan dapat
menyadari kesatuan dan menikmati sifat Tuhan yang selalu ada dalam diri
kita. Apabila sifat2 Tuhan sudah melekat dalam diri kita maka kita sudah
dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala permohonan kita akan
dikabulkan dan kita selalu dapat perlindungan dan keselamatan.
3. Kesucian.
Untuk
memperoleh pengetahuan suci, dan menghayati Yang Widhi Wasa dalam
keberagaman dinyatakan dalam doa Upanishad yang termasyur : Asatoma
Satgamaya, Tamasoma Jyothir Gamaya, Mrityorma Amritan Gamaya yang
artinya, Tuntunanlah kami dari yang palsu ke yang sejati, tuntunlah kami
dari yang gelap ke yang terang, tuntunlah kami dari kematian ke
kekekalan.
Setiap kita melakukan kegiatan2, kita biasakan untuk
memohon tuntunan kehadapan Yang Widhi Wasa agar kita selamat dan selalu
dilindungi. Pekerjaan apapun kita lakukan, apabila kita bekerja demi
Tuhan dan dipersembahkan kehadapan Yang Widhi Wasa, maka pekerjaan
tersebut mempunyai nilai yang sangat tinggi. Dengan menghubungkan
pekerjaan tersebut dengan Yang Widhi Wasa, maka ia menjadi suci dan
mempunyai kemampuan dan nilai yang tinggi.
Tujuan dari kehidupan
kita adalah agar atman terbebas dari triguna dan menyatu dengan Para
atman. Didalam Weda disebut yaitu Moksartham Jaga Dhitaya Ca Iti Dharmah
yang artinya adalah tujuan agama (Dharma) kita adalah untuk mencapai
moksa (moksa artham) dan kesejahteraan umat manusia (jagadhita).
Ciri2 orang yang telah mencapai jiwatman mukti adalah.
1. Selalu mendapat ketenangan lahir maupun bathin.
2. Tidak terpengaruh dengan suasana suka maupun duka.
3. Tidak terikat dengan keduniawian.
4. Tidak mementingkan diri sendiri, selalu mementingkan orang lain (masyarakat banyak).
Untuk
mencapai moksa juga mempunyai tingkatan2 tergantung dari karma
(perbuatannya) selama hidupnya apakah sudah sesuai dengan ajaran2 agama
Hindu. Tingkatan2 seseorang yang telah mencapai moksa dapat
dikatagorikan sebagai berikut.
1. Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rochani dengan meninggalkan mayat disebut Moksa.
2.
Apabila seorang yang sudah mencapai kebebasan rochani dengan tidak
meninggalkan mayat tetapi meninggalkan bekas2 misalnya abu, tulang
disebut Adi Moksa.
3. Apabila seorang yang telah mencapi kebebasan rochani yang tidak meninggalkan mayat serta tidak membekas disebut Parana Moksa.
Catur Marga.
Untuk
mencapai Moksa beberapa cara yang dapat ditempuh sesuai dengan bakat
dan bidang yang digeluti saat ini yang disebut dengan Catur Marga ada
juga yang menyebutkan dengan Catur Yoga yaitu empat jalan yang ditempuh
untuk mencapai Moksa. Adapun keempat Catur Marga terdiri dari :
1. Jnana Marga Yoga.
Pada
saat sekarang peranan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat
menentukan dalam pembangunan nasional disamping ilmu pengetahuan
lainnya. Setiap negara akan berusaha sekuat tenaga dengan menggunakan
resource yang ada untuk berkompetisi dalam bidang IPTEK, siapa yang
menguasai IPTEK maka merekalah yang menguasai dunia ini. Kata Jnana
artinya adalah kebijaksanaan filsafat atau pengetahuan, Yoga berasal
dari urat kata YUJ yang artinya menghubungkan diri.
Jadi Janana
Marga Yoga artinyga jalan untuk mencapai persatuan atau pertemuan antara
Atman dengan Paramatman (Tuhan) berdasarkan atas pengetahuan
(kebijaksanaan filsafat) terutama mengenai kebenaran dan pembebasan diri
dari ikatan duniawi (maya). Dalam kehidupan ini kita memilih profesi
pekerjaan kita sesuai dengan bakat yang diberikan oleh Sangyang Widhi
Wasa dan latar belakang pendidikan kita atau pekerjaan yang sangat
menarik yang kita geluti saat ini, sebab bakat yang diberikan oleh Tuhan
adalah anugrah yang sangat tinggi nilainya yang merupakan hasil Karma
kita dahulu sebelum kita Reinkarnasi sebagai manusia. Apabila kita ingin
mengabdi kan diri dibidang ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan adalah
ilmu pengetahuan yang dapat membantu umat manusia dalam mengatasi
kehidupan ini.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan sebagai berikut.
Pada
zaman sekarang banyak manusia mengalami kesulitan dalam mengatasi
penyakit, banyak penyakit yang belum diketemukan obatnya seperti AID,
lever hati, tumor, kanker dan lain lainnya. Perkembangan ilmu kedokteran
tidak dapat mengejar penyakit 2 yang timbul dalam masyarakat, peralatan
rumah sakit masih menggunakan peralatan tradisional sehingga angka
kematian di negara kita sampai sekarang masih cukup tinggi.
Para
dokter yang bergerak dibidang kesehatan harus terus menerus melakukan
penelitian atau Research And Development (R&D) sehingga semua
kesulitan masyarakat dapat diatasi dengan baik dan murah dengan
diketemukan obat2 yang mujarab. Seseorang yang mempunyai profesi dalam
bidang kedokteran ini disebut dengan Jnana Marga Yoga dimana ilmu yang
diabdikan demi kepentingan umat manusia.
2. Karma Marga Yoga.
Cara
atau jalan untuk mencapai moksa (bersatunya Atman dengan Brahman),
dengan selalu berbuat baik, tetapi tidak mengharapkan balasan atau
hasilnya untuk kepentingan diri sendiri (amerih sukaning awah) disebut
Karma Marga Yoga. Dalam Karma Marga Yoga, kita sebagai umat Hindu setiap
tindak tanduk kita melakukan karya harus demi kepentingan masyarakat
banyak dan jangan ada suatu keinginan untuk menikmati hasilnya, sebab
kalau kita selalu berpikir hasilnya akan timbul keterikatan2, kalau
keterikatan2 telah tumbuh dalam jiwa kita, maka ketenangan akan menjauh
dari kenyataan, sehingga jiwa kita akan diracuni oleh Sad Ripu yaitu
enam musuh utama manusia yang terdiri dari Kama, Lobha, Mada,
Moha,Kroda, Matsarya (napsu, loba, kemarahan, kemabukan, kebingungan,iri
hati). Didalam Bhagawad Gita disebutkan bahwa berulang kali Krisna
berkata kepada Arjuna, lakukan tugasmu, lakukanlah pekerjaan yang benar
tetapi jangan ingin menikmati hasil pekerjaan itu. Tujuan Krisna
memberikan wejangan kepada Arjuna agar jangan meli
hat hasil nya
adalah, kita sebagai pelaku benar2 dalam bekerja semua perbuatan kita
yaitu karma diubah menjadi Yoga sehingga kegiatan tersebut membawa kita
menuju persatuan dengan Tuhan maka ini disebut dengan Karma Marga Yoga.
Apabila seseorang sudah dapat melakukan pekerjaan tanpa melihat hasilnya
maka ia akan menjadi orang yang benar2 bijaksana (Stithaprajna), yang
tidak terpengaruh dengan keadaan suka dan duka atau gembira dan sedih.
Perbuatan
adalah karma , setiap orang lahir dari karma, hidup dalam karma dan
mati dalam karma, karma sumber dari baik dan buruk dosa atau kebajikan,
laba atau rugi, kebahagiaan atau kesedihan, sebenarnya karmalah penyebab
kelahiran, maka karma dalam kehidupan merupakan masalah yang sangat
penting.
Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut.
Diumpamakan
badan kita adalah sebuah jam dinding, dan nafas kita adalah pegasnya
yang menyebabkan jarum jam dapat berputar, dan baterynya adalah tenaga
manusia. Tanpa nafas dan tenaga, manusia tidak dapat berbuat apa apa
yaitu berkarma, maka perbuatan (karma) sangat tergantung dengan nafas
(pegas) dan tenaga (batery). Dengan kekuatan batery (tenaga) maka jarum
jam yang terdiri dari tiga jarum yaitu jarum yang paling panjang disebut
jarum detik, jarum yang menengah disebut dengan jarum menit dan jarum
yang paling pendek disebut jarum jam. Ketiga jarum akan berputar dengan
kecepatan yang berbeda beda dan saling ketergantungan satu sama lainnya,
tetapi masing2 jarum akan berputar sesuai dengan fungsinya.
Apabila
jarum detik telah berputar 60 kali maka jarum menit akan mengikuti
berputar hanya sekali, demikian saat jarum menit telah berputar 60 kali
maka jarum jam akan berputar sekali demikian seterusnya dengan
menggunakan kelipatan 60. Setiap gerakan jarum detik kita umpakan adalah
karma (perbuatan), untuk gerakan jarum menit kita umpamakan adalah
perasaan dan untuk gerakan jarum jam kita umpamakan adalah kebahagiaan.
Untuk mencapai suatu kebahagiaan yang terus menerus kita harus selalu
berbuat (berkarma) baik, setiap tindakan kita selalu tanamkan kebaikan
yang menyebabkan perasaan kita mendapat rangsangan kebaikan tersebut
sehingga kita merasa senang.
Apabila perasaan kita telah mencapai
kesenangan terus menerus akibat kita selalu berbuat (karma) baik
terhadap seseorang, maka menyebabkan kita akan mencapai kebahagiaan,
sebab karma (perbuatan), perasaan, dan kebahagian saling keterkaitan
seperti ketiga jarum jam berputar saling ketergantungan satu sama
lainnya.
Makin banyak kita ber karma baik maka perasaan dan
kebahagian akan selalu mengikuti seperti perputaran jarum jam, apabila
jarum detik tidak bergerak jangan harap jarum menit bergerak apalagi
jarum jam Kebahagian akan dicapai dalam kehidupan ini apabila kita
selalu berkarma baik
3. Bakti Marga Yoga.
Jalan atau cara
untuk mencapai moksa atau kebebasan, yaitu bersatunya Atman dengan Tuhan
dengan melakukan sujud bakti kehadapan Yang Widhi Wasa. Bakti adalah
cinta yang mendalam kepada Tuhan, bersifat tanpa pamerih sedikitpun dan
tanpa keinginan duniawi apapun juga. Bagi umat Hindu untuk melakukan
Bakti Marga Yoga dengan menyanyikan nama2 Tuhan secara ber ulang2,
bergaul dengan orang2 Suci yang mempunyai bakti, konsentrasi pikiran
setiap saat kepada Tuhan, dan jalan Bakti ini adalah yang paling mudah
dilakukan. Seperti setiap hari kita melakukan Trisandya dengan
mengucapkan Gayatri Mantra tiga kali sehari.
Untuk menanamkan
rasa Bakti kehadapan Yang Widhi Wasa , sebaiknya anak mulai kecil
dididik mengucapkan Mantra Gayatri dengan memberi penjelasan makna dan
arti masing2 bait, sehingga meresap dalam pikiran mereka dan dapat
menuntun ajaran2 kebenaran (Dharma). Kalau belum hafal sebaiknya dibaca
saja dan usahakan dengan suara yang lembut sehingga benar2 meresap dalam
hati sanubari kita dan bayangkan Brahman ada dalam pikiran dan
renungkan secara terus menerus selama melagukan Gayatri Mantra Dengan
selalu melantunkan Gayatri Mantra terus menerus , maka kita seolah olah
menyatu dengan Tuhan atau bersatunya Atman dengan Tuhan., sehingga kita
mendapat ketenangan, kedamaian, keselamatan dan kesejahteraan.Dalam
melakukan Bakti Marga Yoga terutama upacara piodalan di Pura2 diseluruh
Indonesia, masyarakat Hindu sudah mempunyai cara upacara bakti
(persembahyangan) secara baku, dimanapun kita melakukan persembahyangan
sudah tersusun sama, dan Mantra Gayatri selalu dilantunkan sebelum
persembahyangan dimulai.
Pada saat Pendeta melakukan upacara
piodalan juga dinyanyikan lagu2 warga sari sebagai pemujaan kehadapan
Yang Widhi Wasa yang mempunya makna adalah agar sebelum persembahyangan
dimulai kita sudah mulai rasakan menyatunya Atman dengan Brahman.
4. Raja Marga Yoga.
Jalan
untuk mencapai moksa menurut agama Hindu dapat dilakukan melalui Tapa,
Brata, Yoga, dan Semadi. Untuk mengendalikan diri dengan melakukan
latihan2 untuk mengatasi Sadripu disebut dengan Tapa, Brata, sebab
apabila Sadripu kita sudah dapat kendalikan maka jalan mencapai moksa
lebih mudah. Disamping mengendalikan Sad Ripu, kita juga melakukan
latihan2 untuk dapat menyatukan Atman dengan Tuhan yang disebut dengan
Yoga dan Semadi, dengan melakukan konsentrasi yang setepat tepatnya
dalam ketenangan dan suasana syandu sempurna sehingga kita dapat menyatu
dengan Tuhan.
Sebagai ilustrasi dapat diceritrakan sebagai berikut.
Didalam
suatu pesraman di Hutan rimba ada seorang resi yang bernama Resi Suka
yang memberikan dharma wecana kepada murid2nya yaitu yoga, semadi
diantara murid2 nya ada seorang raja bernama raja Jenaka.Raja Jenaka
disamping mempunyai kerajaan yang sangat besar dan kaya juga
berkeinginan belajar spiritual (Yoga,semadi) kepada Resi Suka yang
sangat terkenal ilmu spiritualnya. Banyak ujian2 yang diberikan kepada
para siswanya agar dapat mencapai moksa dalam kehidupan ini dengan
meninggalkan keduniawian dengan melepaskan semua keterikatan2 sehingga
Atman menyatu dengan Brahman.Pada suatu hari Resi Suka agak terlambat
memberikan dharma wecana sehubungan Raja Jenaka ada keperluan kerajaan
yang sangat mendesak yang tidak boleh diwakili. Resi Suka dengan sengaja
menunggu Raja Jenaka, ingin menguji kesabaran para muridnya apakah
dapat mengekang sad ripu sebagai dasar pelajaran Yoga.
Dari
pengamatan Resi Suka banyak para muridnya gelisah dan gusar dan kadang2
timbul marah tidak sabar menunggu sampai ada yang protes bahwa pelajaran
dimulai saja, mengapa kita di beda2kan orang biasa dengan raja Setelah
raja datang dharma wecana baru dimulai dan resi Suka memberikan
wejangan, kita harus dapat mengendalikan sad ripu sehingga kita dapat
ketenangan bathin. Setelah dharma wecana selesai maka pelajaran
dilanjutkan dengan yoga, semadi, dan pelajaran ini harus dilakukan
dengan konsentrasi pikiran secara penuh.
Dengan suasana hening
sepi hanya suara jengkrik yang kedengaran, para muridnya sedang asyik
melakukan yoga semadi, tiba2 Resi dengan berteriak bahwa sedang ada
kebakaran di kota kerajaan, murid2nya pada bubar berlari lari pergi ke
kota kerajaan ingin menyelamatkan harta dan rumahnya yang kebakaran.
Tetapi raja Jenata tidak bergeming sedikitpun, dia telah masuk dalam
keadaan Semadi, beliau berbahagia dalam Atman.
Resi mengamati
wajah raja dengan perasaan sangat gembira. Setelah beberapa murid2 yang
lari kembali bahwa dikota tidak ada kebakaran dan resipun memberikan
penjelasan arti dari peristiwa tersebut. Penundaan mulainya dharma
wecana adalah untuk menghormati raja, karena beliau telah menghapuskan
keakuannnya kebanggaannya dan mempunyai kerendahan hati dan melatih
mengendalikan sadripu dan berhasil dengan baik dan ini perlu dicontoh
oleh semua muridnya. Dan peristiwa kebakaran di kota kerajaan sebenarnya
tidak pernah terjadi, peristiwa kebakaran adalah rekayasa Resi dan ini
merupakan ujian dari Resi Suka.Kalau mau berhasil sebagai seorang
spiritual (Yogi) harus berani melepaskan semua keduniawian yaitu
keterikatan2, tanpa ada kemauan untuk menghilangkan keterikatan2 ini
tidak mungkin tercapai tujuannya yaitu sebagai seorang Yogi.
Semua
latihan2 ini membutuhkan ketekunan, tulus iklas, kesujudan iman dan
tanpa pamerih. Pada akhir2 ini banyak generasi muda sudah melakukan
latihan2 Yoga dan Semadi, dan buku2 penuntun untuk yang baru memulai
belajar Yoga dan Semadi sudah cukup banyak beredar di toko2 buku, dan
suasana ini sangat membantu bagi umat hindu untuk belajar masalah
spiritual melalui Raja Marga Yoga.
Diantara keempat Marga Yoga
tersebut diatas semuanya adalah sama tidak ada yang lebih tinggi
kedudukannya, umat Hindu dapat memilih dari keempat Marga Yoga tersebut
tergantung dari bakat masing2 dan jalan yang satu akan berhubungan
dengan yang lain semuanya akan mencapai tujuan yang sama yaitu Moksa.
Penutup.
Menjalankan
Spiritual dalam kehidupan sehari hari sering mengalami kendala, banyak
pertanyaan2 yang timbul terutama generasi muda, apakah kita melakukan
kegiatan spiritual harus mengurangi kegiatan untuk mencari harta yaitu
bekerja (karma). Ada juga yang berpendapat bahwa melakukan kegiatan
spiritual sebaiknya dilakukan setelah MPP (masa persiapan pensiun)
disamping banyak waktu juga tanggung jawab atau kewajiban sudah
berkurang. Pada saat bekerja aktif dimana ada suatu jabatan tidak
memungkinkan untuk melakukan kegiatan spiritual karena disibukkan dengan
pekerjaan2 yang kadang menyimpang dari Dharma akibat tugas yang
membutuhkan untuk mengambil keputusan sesuai dengan kebutuhan atasan
(manajemen. Pada hal pada saat menjabatlah memanfaatkan kesempatan untuk
menegakkan Dharma yaitu kebenaran2, setiap keputusan yang diambil harus
menguntungkan masyarakat banyak. Kadang2 banyak orang yang tidak sabar
dalam mengumpulkan harta dalam bidang pekerjaannya dengan mengambil
jalan pintas yaitu KKN (korupsi, kolusi, nep
otisme), pada hal dalam
mengumpulkan harta tidak harus ber KKN banyak jalan atau cara yang
ditempuh asal mau sabar dan tetap berlandaskan Dharma. Banyak orang kaya
tanpa KKN tetapi mereka berhasil dalam bidang profesinya dan hasil
kekayaannya mereka manfaatkan untuk orang banyak dengan mendirikan
Yayasan untuk orang yang tidak mampu (fakir miskin) atau mendirikan
Sekolah2 yang dapat menunjang Pendidikan bangsa demi masa depan rakyat
Indonesia.
Untuk mencapai moksa dapat memilih diantara Catur
Marga Yoga apakah melalui Jnana Marga Yoga, Karma Marga Yoga, Bakti
Marga Yoga dan Raja Marga Yoga sesuai dengan kemampuan serta bidang yang
digeluti saat ini Pada saat perang Berata Yuda selesai dimana
kemenangan berada dipihak Pandawa, semua musuh2 sudah kalah perang
tinggal Pendawa yang hidup. Yudistira sebagai pemimpin Pandawa
memutuskan pergi kehutan untuk mengasingkan diri dengan maksud
mendekatkan diri kehadapan Yang Widhi Wasa dengan Raja Marga Yoga salah
satu Catur Marga Yoga. Arjuna sebagai orang yang bijaksana yang
mempunyai Visi dan Misi jauh kedepan menganjurkan kepada Prabu Yudistira
agar kembali untuk memimpin kerajaan, siapa yang akan memimpin
kerajaan, seandai nya semua keluarga Pandawa pergi kehutan, padahal
untuk mencapai kemenangan perang Brata Yuda dalam menegakkan Dharma
sudah banyak pengorbanan baik jiwa maupun raga, banyak pahlawan2 yang
telah berguguran dalam perang.
Untuk mencapai moksa tidak harus
pergi kehutan melakukan Semadi, Yoga, didalam kerajaanpun dengan berbuat
dan menegakkan kebenaran yaitu Dharma dapat mencapai Moksa.
Keterikatan
adalah Moha, kebebasan adalah Moksa, selama kita masih menderita
keterikatan, Moksa tidak mungkin dapat dicapai. Kadang2 kita agak sulit
melepaskan keterikatan2, dan ini memerlukan latihan2 secara rutin. Untuk
mengendalikan Sad Ripu saja tidak mudah, membutuhkan kesabaran dan
ketekunan dan kita selalu melakukan introspeksi terhadap diri kita
sendiri sampai dimana kita telah melakukan latihan2. Apalagi kita akan
melakuan Catur Marga Yoga memang membutuhkan mental yang tangguh tidak
mudah menyerah dan kita harus tahu kemampuan kita terutama bakat yang
dikarunia oleh Yang Widhi Wasa sehingga dalam melaksanakan salah satu
Catur Marga kita tidak mendapat halangan atau kendala sehingga dengan
waktu yang relatif singkat kita sudah dapat melakukan dengan sempurna
walaupun belum mencapai Moksa tetapi kita sudah rasakan hasilnya.
T.G. Putra
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungannya, Kami berharap Saudara meninggalkan sedikit kata Untuk Kemajuan Blog ini. Ini semua Untuk Bali, mari bersama Menjaga dan melestarikan Bali yang senantiasa indah dan Damai.