1. Dalam kisah Ramayana dan Mahabrata
atau kisah-kisah lainnya, sering tersirat bahwa di antara Dewa seperti
ada hubungan yang terpisah… seperti pada bagian Dewa Indra berusaha
membantu Arjuna dengan meminta pusaka yang dimiliki Karna sejak lahir,
di mana Karna merupakan keturunan dari Dewa Surya…
Seolah-olah dalam cerita ini Dewa-Dewa
tersebut memang berbeda, sedangkan keyakinan dalam agama Hindu bahwa
Tuhan hanya satu tetapi disebut dengan banyak nama.
Makna apa sebenarnya yang ada dalam hal ini? Apakah Dewa itu memang berbeda? Dan apakah Dewa itu memang punya keturunan?
2. Dalam cerita Ramayana diceritakan
bahwa Dewa Brahma menciptakan Kumba Karna yang sangat besar sehingga
membuat panik para Dewa. Kenapa Kumba Karna yang merupakan ciptaan Dewa
Brahma seolah-olah tidak dapat dikendalikan oleh-Nya?
3. Apakah cerita dalam Epos atau Purana
memang terjadi seperti itu di waktu dulu. Atau cerita tersebut cuma
dibuat untuk pemahaman tentang ajaran agama agar mudah ditangkap dan
dipahami?
4. Saya juga ingin bertanya tentang
keyakinan bahwa orang Bali/ Hindu tidak boleh makan daging sapi.
Benarkah seperti itu? dan apa yang mendasarinya?
ANSWER:
1. Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sanghyang
Widhi Wasa) memang satu/ tunggal. Untuk pemahaman kepada umat manusia,
dijelaskan dalam Weda Parikrama bahwa Tuhan dalam pandangan agama Hindu
mempunyai delapan jenis kekuatan/ kemampuan yang luar biasa yang disebut
Asta Aiswarya:
- Anima (sangat halus)
- Laghima (sangat ringan)
- Mahima (sangat besar)
- Prapti (menjangkau semua tempat)
- Isitwa (melebihi segalanya)
- Prakamya (berkehendak mutlak)
- Wasitwa (sangat berkuasa)
- Kamawasayitwa (kodrati, tak dapat diubah).
2. Mahabharata dan Ramayana adalah
Itihasa, yaitu sejarah yang berkaitan dengan Upaweda, di mana untuk
mewujudkan salah satu atau beberapa Asta Aiswarya, Hyang Widhi telah
menjadi Dewa (Div) atau beberapa Dewa-Dewi dengan “fungsi” berbeda
bahkan ada yang berlawanan.
Di Bali dikenal ada Dewa Semara dan Dewi
Ratih, atau Hyang Kumara dan Bhatara Kala sebagai wujud rua-bhineda
(dua hal yang selalu berbeda).
3. Pengertian Putera tidaklah berarti
anak yang lahir dari hubungan badan ayah dan ibu, tetapi suatu kekuatan
atau wujud yang lahir dari Div-Asta-Aiswarya.
4. Sapi dalam catur weda disebutkan
sebagai “Ibu” (yang menyusui) atau penyangga alam yang memberikan
kehidupan kepada manusia, karenanya harus disucikan, dihormati, dan
dilimpahi kasih sayang.
Misalnya disebutkan antara lain dalam: Rg Weda 10.176.1, Atharwa Weda 3.28.4, Yayur Weda 23.48 dan Sama Weda 176.
Dalam perkembangan sejarah Agama Hindu
di Bali, sapi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Lembu yang berwarna
putih, yang dapat diperah susunya, dan banteng yang berwarna merah,
umumnya tidak diperah susunya.
Tafsir-tafsir tentang Sapi baik yang ada dalam Catur Weda maupun dalam Upanisad adalah sapi jenis Lembu.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungannya, Kami berharap Saudara meninggalkan sedikit kata Untuk Kemajuan Blog ini. Ini semua Untuk Bali, mari bersama Menjaga dan melestarikan Bali yang senantiasa indah dan Damai.