Seru dan menegangkan habis menonton Arja Calon Arang yang dipentaskkan setelah persembahyangan
di
Pura Khayangan Dalem Bajera Tabanan..Apa sih sebenarnya Calon Arang
itu..?Nah ini dia beberapa penjelasan tentang kisah Calonarang yang di
ambil dari Babad Bali dan Wikipedia.
Dramatari
ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu
sihir, ilmu hitam maupun ilmu putih, dikenal dengan Pangiwa / Pangleyakan dan Panengen. Lakon-lakon yang ditampilkan pada umumnya berakar dari cerita Calonarang,
sebuah cerita semi sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di
Kahuripan (Jawa timur) pada abad ke IX. Cerita lain yang juga sering
ditampilkan dalam drama tari ini adalah cerita Basur,
sebuah cerita rakyat yang amat populer dikalangan masyarakat Bali.
Karena pada beberapa bagian dari pertunjukannya menampilkan adegan adu
kekuatan dan kekebalan (memperagakan adegan kematian bangke-bangkean,
menusuk rangda dengan senjata tajam secara bebas) maka Calonarang sering
dianggap sebagai pertunjukan adu kekebalan (batin).
Dramatari ini pada intinya merupakan perpaduan dari tiga unsur penting, yakni Babarongan diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili oleh Condong, Putri, Patih Manis (Panji) dan Patih Keras (Pandung) dan Palegongan diwakili oleh Sisiya-sisiya (murid-murid). Tokoh penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah Gede dan Bondres. Karena pagelaran dramatari ini selalu melibatkan Barong Ket maka Calonarang sering disamakan dengan Barong Ket. Pertunjukan Calonarang bisa diiringi dengan Gamelan Semar Pagulingan, Bebarongan, maupun Gong Kebyar. Dari segi tempat pementasan, pertunjukan Calonarang biasanya dilakukan dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah balai tinggi (trajangan atau tingga) dan pohon pepaya.
KIsah Calonarang
Diceritakan bahwa Calon Arang adalah seorang janda penguasa ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit. Ia mempunyai seorang puteri bernama Ratna Manggali,
yang meskipun cantik, tidak dapat mendapatkan seorang suami karena
orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi puterinya,
Calon Arang marah dan ia pun berniat membalas dendam dengan menculik
seorang gadis muda. Gadis tersebut ia bawa ke sebuah kuil untuk
dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya, banjir besar melanda desa tersebut dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit pun muncul.
Raja Airlangga yang mengetahui hal tersebut kemudian meminta bantuan penasehatnya, Empu Baradah untuk
mengatasi masalah ini. Empu Baradah lalu mengirimkan seorang muridnya
bernama Empu Bahula untuk dinikahkan kepada Ratna. Keduanya menikah
besar-besaran dengan pesta yang berlangsung tujuh hari tujuh malam, dan
keadaan pun kembali normal.
Calon
Arang mempunyai sebuah buku yang berisi ilmu-ilmu sihir. Pada suatu
hari, buku ini berhasil ditemukan oleh Bahula yang menyerahkannya kepada
Empu Baradah. Saat Calon Arang mengetahui bahwa bukunya telah dicuri,
ia menjadi marah dan memutuskan untuk melawan Empu Baradah. Tanpa
bantuan Dewi Durga, Calon Arang pun kalah. Sejak ia dikalahkan, desa
tersebut pun aman dari ancaman ilmu hitam Calon Arang.
Hubungan Calon Arang dengan Budaya Masyarakat Bali
Tradisi
Calon Arang di Bali berkembang dalamberbagai bidang kehidupan
masyarakat Bali, terutama lewat teks tulis, tradisi lisan, lakon seni
pewayangan (wayang kulit Calon Arang), lewat seni lukis klasik dan
modern, dramatari Calon Arang (pertunjukkan sakral dan pertunjukan
wisata barong-rangda), dansatua-satua yang magis (tenget).
Hubungan
antara tradisi itu bertumpang tindih, saling melengkapi, serta menyatu
dalam payung budaya dan tradisi masyarakat Bali yang religius, terutama
karena adanya pemahaman terhadap nilai hakiki Calon Arang. Nilai itu,
seperti : kalepasan, rwa-bineda, ruwat, darma, dan jalan menuju
kematian.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungannya, Kami berharap Saudara meninggalkan sedikit kata Untuk Kemajuan Blog ini. Ini semua Untuk Bali, mari bersama Menjaga dan melestarikan Bali yang senantiasa indah dan Damai.