Memaknai Perayaan Saraswati
Dengan Menjadi Generasi Muda Hindu Yang SuputraOleh : I Gede Sudarsana, S.Ag
(Yayasan Pendidikan Sorowako, Sul-Sel)
Dengan Menjadi Generasi Muda Hindu Yang SuputraOleh : I Gede Sudarsana, S.Ag
(Yayasan Pendidikan Sorowako, Sul-Sel)
Perayaan
hari suci keagamaan akan menjadi ceremony rutinitas yang tanpa makna,
jika kita hanya berkutat pada ritual belaka tanpa menggali nilai-nilai
filosofis yang dikandungnya, untuk kemudian diaplikasikan dalam
kehidupan. Sehingga hal ini dapat memberi spirit untuk mengurangi
kehidupan yang nota bene sebagai ladang kita untuk berkarma baik (subha
karma) agar kelak dapat kembali ke asal kita pada “Sangkan paraning
dumadi”yaitu kepada sumber yang menyebabkan kita bisa hidup di dunia
ini.
Pada hakekatnya banyak hal yang dapat kita maknai dengan
perayaan hari suci Saraswati, salah satunya adalah dengan menjadi
generasi muda Hindu yang Suputra (putra yang utama). Oleh karena dengan
perayaan Saraswati seyogyanya kita termotivasi mengupgrade diri dengan
menggali dan menguasai ilmu pengetahuan, baik dalam bidang iptek (ilmu
pengetahuan dan teknologi) maupun dalam bidang spiritual (keagamaan)
karena kedua hal ini merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi
sebagaimana ungkapan “iptek tanpa agama menjadi buta dan agama tanpa
iptek menjadi lumpuh”. Penguasaan iptek dan spiritualitas inilah
kemudian diharapkan aplikasinya tidak menjadi bomerang bagi kehidupan
manusia itu sendiri, melainkan dapat membawa kedamaian dan keselamatan
untuk semua. Karena sudah dapat dipastikan penguasaan iptek tanpa
dibarengi penguasaan spiritualitas yang memadai akan membawa kehancuran,
sebab rentan terjadi penyimpangan dalam penggunaannya, seperti misalnya
penguasaan iptek dalam menciptakan bom, bukan digunakan untuk menjaga
kedaulatan Negara (bela Negara dalam perang) melainkan digunakan untuk
membunuh orang-orang yang tidak berdosa, hanya untuk tujuan rnenunjukkan
ketidak puasannya pada pihak lain dan yang menjadi korban adalah orang
yang tidak tahumenahu dan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah.
Tentu hal ini sangat bertentangan dengan ajaran agama manapun di dunia
ini. Hal ini dapat terjadi hanyalah sebagai akibat dan penguasaan iptek
yang tanpa disadari oleh nilai-nilai spiritual atau keluhuran budhi,
Jika sudah seperti ini maka harapan untuk menjadi generasi muda yang
suputra menjadi jauh panggang dari api alias tidak akan pernah terwujud,
alih-alih dapat menjadi suputra yang dicintai keluarga, masyarakat, dan
bangsa malah bisa terjerumus menjadi teroris yang dicacimaki semua
orang.
Mengapa menjadi orang yang suputra akan dapat memberikan
pahala yang luar biasa tidak saja bagi pelakunya tetapi juga bagi orang
tua dan keluarganya, sebab orang yang suputra adalah orang yang
pandai/pintar dalam penguasaan iptek sekaligus berbudi baik/saleh.
Dengan keluhuran budhinya/kesalehannya dan kepandaiannya tentu akan
dapat membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi semua orang. Bahkan di
dalam kitab Slokantara 2, dinyatakan bahwa melakukan seratus yadnya
dikalahkan pahalanya dengan mempunyai putra suputra, yaitu disebutkan
sebagai berikut:
“Kunang ikang wang mayajna ping satus, alah ika pahalanya denikang wang manak-anak tunggal, yan anak wisesa”
artinya:
Ia yang melakukan seratus yadnya, dikalahkan pahalanya dengan orang yang mempunyai putra, walaupun seorang, asal saja putra itu saleh dan pandai (suputra). Dengan penguasaan iptek (kepandaian) dan dilandasi keluhuran budhi (kesalehan), sebagaimana suratan kitab Slokantara di atas, sangatlah penting dalam mengarungi samudra luas kehidupan ini sehingga kita dapat mendedikasikan diri sesuai dengan bidang yang kita tekun sebagai wujud yadnya, karena yadnya berupa ilmu pengetahuan jauh lebih mulia dan pada yadnya dalam bentuk materi, sebagaimana tersurat dalam kitab Bhagawad Gita sloka 33 sebagai berikut:
Ia yang melakukan seratus yadnya, dikalahkan pahalanya dengan orang yang mempunyai putra, walaupun seorang, asal saja putra itu saleh dan pandai (suputra). Dengan penguasaan iptek (kepandaian) dan dilandasi keluhuran budhi (kesalehan), sebagaimana suratan kitab Slokantara di atas, sangatlah penting dalam mengarungi samudra luas kehidupan ini sehingga kita dapat mendedikasikan diri sesuai dengan bidang yang kita tekun sebagai wujud yadnya, karena yadnya berupa ilmu pengetahuan jauh lebih mulia dan pada yadnya dalam bentuk materi, sebagaimana tersurat dalam kitab Bhagawad Gita sloka 33 sebagai berikut:
Srayan dravyamayad-yajnaj
jnanayajnah parantapa
sarwam karma ‘khlam partha
jnane perisamapyate
jnanayajnah parantapa
sarwam karma ‘khlam partha
jnane perisamapyate
Artinya
: “Persembahan berupa ilmu pengetahuan, Parantapa, lebih bermutu
daripada persembahan materi; dalam keseluruhannya semua kerja ini
berpusat pada ilmu pengetahuan, oh Parta.
Merujuk pada suratan dua
kitab suci di atas, jelaslah bahwa penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan dilandasi keluhuran budhi, menyebabkan kita dapat
menjadi anak yang suputra dan lebih lanjut lagi kita dapat melakukan
yadnya yang sangat mulia melalui ilmu pengetahuan pula.
Akhirnya,
semoga dengan momentum perayaan hari suci Saraswati yang dirayakan
setiap enam bulan sekali yaitu setiap Saniscara Umanis Wuku Watugunung,
dapat memberikan inspirasi bagi kita semua tiada henti-hentinya belajar
sebagaimana disimbolkan dengan Genitri bahwa ilmu pengetahuan itu, tidak
terbatas dan tidak akan ada akhirnya serta tidak akan habis untuk
dipelajari. Semakin banyak yang tidak kita ketahui sebab wawasan kita
kian terbuka bahwa ilmu pengetahuan itu tidak statis melajukan dinamis
dan terus berkembang. Lain halnya dengan orang yang tidak mau belajar
dan menutup diri terhadap informasi ia akan merasa sudah cukup mempunyai
akal kepintarannya, merasa sudah banyak yang ia ketahui sebab
wawasannya terkungkung ibarat katak dalam tempurung.
(Penulis adalah guru swasta pendidikan agama Hindu, mengabdi sejak tahun 1999).
Warta Hindu Dharma No. 525 September 2010.
Warta Hindu Dharma No. 525 September 2010.
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungannya, Kami berharap Saudara meninggalkan sedikit kata Untuk Kemajuan Blog ini. Ini semua Untuk Bali, mari bersama Menjaga dan melestarikan Bali yang senantiasa indah dan Damai.