''Padma Tiga'' Pura Besakih Sumber Kesucian, Pemujaan Tri Purusa
PURA Besakih banyak mengandung filosofi. Menurut Piagam Besakih, Pura Agung Besakih adalah Sari Padma Bhuwana atau pusatnya dunia yang dilambangkan berbentuk bunga padma. Oleh karena itu, Pura Agung Besakih adalah pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya.
PURA Besakih banyak mengandung filosofi. Menurut Piagam Besakih, Pura Agung Besakih adalah Sari Padma Bhuwana atau pusatnya dunia yang dilambangkan berbentuk bunga padma. Oleh karena itu, Pura Agung Besakih adalah pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya.
Pura Besakih juga
pusat kegiatan upacara agama bagi umat Hindu. Di Pura ini setiap sepuluh
tahun sekali dilangsungkan upacara Panca Bali Krama dan setiap seratus
tahun diselenggarakan upacara Eka Dasa Rudra. Pura Agung Besakih secara
spiritual adalah sumber kesucian dan sumber kerahayuan bagi umat Hindu.
Bangunan
yang paling utama di Pura Besakih adalah palinggih Padma (Padmasana)
Tiga. Letaknya di Pura Penataran Agung Besakih. Palinggih tersebut
terdiri atas tiga bangunan berbentuk padmasana berdiri di atas satu
altar.
Pengamat agama dan budaya Ida Bagus Gede Agastia mengatakan
bangunan suci Padma Tiga yang berada di Pura Agung Besakih adalah
tempat pemujaan Tri Purusa yakni Siwa, Sada Siwa, dan Parama Siwa (Tuhan
Yang Mahaesa).
Piodalan di Padmasana Tiga dilangsungkan setiap
Purnama Kapat. Ini terkait dengan tradisi ngapat. Sasih Kapat atau
Kartika, merupakan saat-saat bunga bermekaran. Kartika juga berarti
penedengan sari. Padmasana tersebut dibangun dalam satu altar atau yoni.
Ida Bagus Agastia mengatakan palinggih padmasana merupakan
sthana Tuhan Yang Mahaesa. Padmasana berasal dari kata padma dan asana.
Padma berarti teratai dan asana berarti tempat duduk atau singgasana.
Jadi, padmasana artinya tempat duduk atau singgasana teratai.
Tuhan
Yang Mahaesa secara simbolis bertahta di atas tempat duduk atau
singgasana teratai atau padmasana. Padmasana lambang kesucian dengan
astadala atau delapan helai daun bunga teratai. Bali Dwipa atau Pulau
Bali dibayangkan oleh para Rsi Hindu zaman dulu sebagai padmasana,
tempat duduk Tuhan Siwa, Tuhan Yang Mahaesa dengan asta saktinya
(delapan kemahakuasaan-Nya) yang membentang ke delapan penjuru (asta
dala) Pulau Bali masing-masing dengan dewa penguasanya. Dewa Iswara
berada di arah Timur, bersemayam di Pura Lempuyang. Brahma di selatan
bersemayam di Pura Andakasa. Dewa Mahadewa di barat (Pura Batukaru),
Wisnu di utara (Pura Batur), Maheswara di arah tenggara (Pura Goa
Lawah), Rudra di barat daya (Pura Uluwatu), Sangkara di barat laut (Pura
Puncak Mangu), Sambhu di timur laut (Pura Besakih), Siwa bersemayam di
tengah, pada altar dari Pura Besakih dengan Tri Purusa-Nya yaitu Parama
Siwa, Sada Siwa dan Siwa.
Tri Purusa tersebut dipuja di Padmasana
Tiga Besakih. Palinggih Padmasana Tiga tersebut merupakan intisari dari
padma bhuwana, yang memancarkan kesucian ke seluruh penjuru. ''Karena
itu, sumber kesucian tersebut penting terus dijaga, sebagai sumber
kehidupan,'' ujarnya.
Sementara pembangunan Pura Agung Besakih
dan Pura-pura Sad Kahyangan lainnya adalah berdasarkan konsepsi Padma
Mandala, bunga padma dengan helai yang berlapis-lapis (Catur Lawa dan
Astadala). Pura Besakih adalah sari padma mandala atau padma bhuwana.
Pura Gelap, Pura Kiduling Kerteg, Pura Ulun Kulkul dan Pura Batumadeg
adalah Catur Lawa. Sedangkan Pura Lempuyang Luhur, Goa Lawah, Andakasa,
Luhur Uluwatu, Batukaru, Puncak Mangu, dan Pura Batur adalah Astadala.
Pura-pura tersebut sangat disucikan dan merupakan satu kesatuan yang
utuh. Pura-pura tersebut pusat kesucian dan kerahayuan bagi umat Hindu.
Dosen
IHDN Denpasar Ketut Wiana mengatakan Pura Besakih sebagai huluning Bali
Rajya, hulunya daerah Bali. Pura Besakih sebagai kepala atau jiwanya
Pulau Bali. Hal ini sesuai dengan letak Pura Besakih di bagian timur
laut Pulau Bali.
Timur laut adalah arah terbitnya matahari dengan
sinarnya sebagai salah satu kekuatan alam ciptaan Tuhan yang menjadi
sumber kehidupan di bumi. Pura Besakih juga hulunya berbagai pura di
Bali. Kata Wiana, di Padma Tiga ini Tuhan dipuja sebagai Sang Hyang Tri
Purusa, tiga manifestasi Tuhan sebagai jiwa alam semesta. Tri artinya
tiga dan purusa artinya jiwa. Tuhan sebagai Tri Purusa adalah jiwa agung
tiga alam semesta yakni Bhur Loka (alam bawah), Bhuwah Loka (alam
tengah) dan Swah Loka (alam atas). Tuhan sebagai penguasa alam bawah
disebut Siwa atau Iswara. Sebagai jiwa alam tengah, Tuhan disebut Sadha
Siwa dan sebagai jiwa agung alam atas, Tuhan disebut Parama Siwa atau
Parameswara.
Palinggih padma paling kanan tempat memuja Sang Hyang
Parama Siwa. Bangunan ini biasa dihiasi busana hitam. Sebab, alam yang
tertinggi (Swah Loka) tak terjangkau sinar matahari sehingga berwarna
hitam. Bangunan padma yang terletak di tengah adalah lambang pemujaan
terhadap Sang Hyang Sadha Siwa. Busana yang dikenakan pada padma tengah
itu berwana putih. Warna putih lambang akasa. Sedangkan, bangunan padma
paling kiri lambang pemujaan Sang Hyang Siwa yaitu Tuhan sebagai jiwa
Bhur Loka. Busana yang dikenakan berwarna merah. Di Bhur Loka inilah
Tuhan meletakkan ciptaan-Nya berupa stavira (tumbuh-tumbuhan), janggama
(hewan) dan manusia. Jadi, palinggih Padma Tiga merupakan sarana
pemujaan Tuhan sebagai jiwa Tri Loka. Karena itu dalam konsepsi
rwa-bhineda, Pura Besakih merupakan Pura Purusa, sedangkan Pura Batur
sebagai Pura Predana.
Menurut Wiana, busana hitam pada palinggih
Padma Tiga bukanlah simbol Dewa Wisnu, tetapi Parama Siwa. Dalam Mantra
Rgveda dinyatakan bahwa keberadaan Tuhan Yang Mahaesa yang memenuhi alam
semesta ini hanya seperempat bagian. Selebihnya ada di luar alam
semesta. Keberadaan di luar alam semesta ini amat gelap, karena tidak
dijangkau oleh sinar matahari.
Tuhan juga maha-ada di luar alam
semesta yang gelap itu. Tuhan sebagai jiwa agung yang hadir di luar alam
semesta itulah yang disebut Parama Siwa. Parama Siwa adalah Tuhan dalam
keadaan Nirguna Brahman atau tanpa sifat. Manusia tidak mungkin
melukiskan sifat-sifat Tuhan Yang Mahakuasa itu.
Padmasana yang
berada di tengah, busananya putih-kuning sebagai simbol Tuhan dalam
keadaan Saguna Brahman. Artinya Tuhan sudah menunjukkan ciri-ciri
niskala untuk mencipta kehidupan yang suci dan sejahtera. Putih lambang
kesucian dan kuning lambang kesejahteraan. Sedangkan busana warna merah
pada padma paling kiri bukanlah sebagai lambang Dewa Brahma. Warna merah
itu sebagai simbol yang melukiskan keberadaan Tuhan sudah dalam keadaan
krida untuk Utpati, Sthitti dan Pralina. Dalam hal inilah Tuhan Siwa
bermanifestasi menjadi Tri Murti.
Sementara di kompleks Pura
Besakih, manifestasi Tuhan sebagai Batara Brahma dipuja di Pura Kiduling
Kreteg, Batara Wisnu di Pura Batu Madeg dan Batara Iswara di Pura
Gelap.
Di tingkat Pura Padma Bhuwana, Batara Wisnu dipuja di Pura
Batur, simbol Tuhan Mahakuasa di arah utara. Bhatara Iswara dipuja di
Pura Lempuhyang Luhur, simbol Tuhan di arah timur dan Batara Brahma
dipuja di Pura Andakasa, simbol Tuhan Mahakuasa di arah selatan.
Sementara di tingkat desa pakraman, Batara Tri Murti itu dipuja di Pura
Kahyangan Tiga. [Balipost Minggu 1 Agustus 2010 (lun)].
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungannya, Kami berharap Saudara meninggalkan sedikit kata Untuk Kemajuan Blog ini. Ini semua Untuk Bali, mari bersama Menjaga dan melestarikan Bali yang senantiasa indah dan Damai.