Jagat Bali Pura Ulun Danu Batur di Songan,
Sumber Kehidupan Bali
Sumber Kehidupan Bali
''MANGKE
nemuaken apan manira ngamertaning wong Bali kabeh, tan paran mapinunas
mertha ring parhyangan nira ring Hulun Danu, ngawe gemuh ikang rat''. Itulah tertuang dalam kitab purana Pura Ulun Danu Batur di Songan.
26 September 2010 | BP
Jagat Bali Pura Ulun Danu Batur di Songan,
Sumber Kehidupan Bali
Sumber Kehidupan Bali
''MANGKE
nemuaken apan manira ngamertaning wong Bali kabeh, tan paran mapinunas
mertha ring parhyangan nira ring Hulun Danu, ngawe gemuh ikang rat''. Itulah tertuang dalam kitab purana Pura Ulun Danu Batur di Songan.
Berdasarkan
prakempa pura itu membuat krama Bali berbondong-bondong melakukan
yadnya di pura yang berlokasi di bibir timur Danau Batur tersebut.
Selain pengempon pura (warga Songan), krama Bali termasuk sejumlah
pejabat (bupati) sudah ngayah di Pura Kahyangan Jagat itu sebelum
upacara Bhatara Turun Kabeh pada 19 September lalu. Ketua Panitia
Pemugaran, I Kadek Ardi Negara, yang didampingi Dane Jro Gede Hulun
Danu, mengatakan Ida Batara akan mesineb pada 29 September, tepatnya
pada tengah malam. Pujawali dilaksakan setiap purnamaning Sasih Kapat.
Dalam
kitab purana, dijelaskan keturunan yang menjadi punggawa di wilayah
Bali seperti Klungkung, Karangasem, Gianyar, Payangan, Tampaksiring,
Badung, Mengwi, Tabanan, Bangli, Buleleng, wajib menghaturkan Panca Wali
Krama pada sasih dan purnama kapat. Berdasarkan kajian purana itu pula,
semua kabupaten di Bali melakukan upacara bhakti penganyar.
Sesuai
dengan piteket yang tertuang dalam prasasti dan purana, jika mereka
melaksanakan kewajibannya maka kerahayuan, kesejahteraan masyarakat
luas, para subak, akan tercapai. Hal itu juga yang disampaikan Bhatara
Gnijaya, di mana disebutkan bahwa Batara yang berstana di Pura Ulun Danu
Batur merupakan sumber dari segala sumber kehidupan di Bali.
Menyimak
dari dekat Pura Tri Kahyangan Jagat yang berada di hulunnya Danau Batur
itu, dalam wewidangan (struktur) pura di sana terbagi dalam tiga
halaman yang melambangkan sebagai tri mandala atau triloka yakni jeroan
(swah loka), jaba tengah (bwuah loka) dan jabaan (bhur loka). Guna
memberikan ruang bagi masyarakat, dan berstananya dewa dan Dewi Danuh
(Betari Ulun Danu) dibangun padmasana, meru tumpang sebelas, tumpang
sembilan, tumpang tujuh, meru tumpang lima dan tumpang tiga.
Selain
meru yang berjejer di dereten utama mandala, di dalam pura juga
terdapat bangunan suci berupa pesamuan agung, bangunan mondar- mandir,
pepelik, gedong parucui, paruman agung, gedong linggih tribhuana, serta
pamuspaan Dalem Ketut Kresna Kepakisan. Palinggih-palinggih ini juga
tertuang dalam petuah yang disampaikan Mpu Kuturan untuk menghormati
bhaktinya ke Hyang Dewi Danuh.
Di sebelah selatan atau ulun Danu
Batur di Songan juga terdapat pura Segara (petirtaan). Untuk memohon
keselamatan. Sejak 19 September Umat Hindu yang tersebar di seluruh Bali
bahkan sampai ada yang dari Lombok dan Jawa tanggil ke pura tersebut.
Banyak petani (kelompok subak) membawa hasil panennya sebagai
persembahan atas perairan yang selama ini dianugrahkan oleh Bhatara yang
bersthana di Pura Ulun Danu Batur.
''Karena akulah memberikan
kerahayuan untuk orang Bali, dengan memohon kerahayuan di bibir timur
Danau Batur, dengan demikian akan menemukan kerahayuan, dan
kesejahteraan masyarakat serta bumi Bali,'' sebut salah satu Prakempa
Pura Ulun Danu Batur di Songan. (kmb) [Bali Post - Minggu, 26 September 2010].
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungannya, Kami berharap Saudara meninggalkan sedikit kata Untuk Kemajuan Blog ini. Ini semua Untuk Bali, mari bersama Menjaga dan melestarikan Bali yang senantiasa indah dan Damai.